Semangat kemerdekaan identik dengan semangat para tokoh pahlawan nasional dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Namun seperti yang kalian tahu, perjuangan mereka tidak mudah. Seringkali mereka disingkirkan dan diasingkan untuk dibungkam.
Sebenarnya jumlah tempat pengasingan yang digunakan pemerintah kolonial cukup banyak, tapi berikut ini adalah beberapa tempat yang paling terkenal:
1. Ende

Bagi yang belum pernah mendengarnya, tempat ini sempat menjadi lokasi pengasingan presiden pertama kita Bung Karno. Bersama dengan keluarganya, beliau ditempatkan di sebuah rumah kecil di Jalan Perwira pada tahun 1934.
Kota Ende yang berada di sisi selatan Pulau Flores ini memang bersuasana sepi, tapi keindahan alam dan budayanya sangat mengagumkan. Konon, hal itulah yang menginspirasi Bung Karno untuk merumuskan Pancasila.
Kini rumah pengasingan Bung Karno masih ada dan dijadikan museum. Benda-benda peninggalan Bung Karno seperti lukisan, buku, dan perabotan masih terpajang di sana dan menjadi peninggalan bersejarah dari masa tersebut.
2. Boven Digoel

Sengaja didirikan tahun 1927 oleh Belanda, pada masa itu, fungsi Boven Digoel memang sebagai tempat pengasingan tokoh politik. Aktivis politik seperti Bung Hatta dan Sjahrir sempat menjadi tahanan di sini, begitu juga beberapa aktivis lain yang terlibat dalam pemberontakan komunis.
Tempat yang namanya berarti “Digoel Atas” ini berlokasi di bagian timur Papua. Dikelilingi hutan dan alam liar, Digoel Atas menjadi tempat pengasingan yang sangat terpencil dan juga paling ditakuti para pejuang kemerdekaan saat itu. Alam liar di sekeliling tempat pengasingan ini sangat berisiko bagi siapapun untuk terjangkit malaria yang berakibat mematikan.
3. Banda Neira

Setelah 2 tahun di Boven Digoel, Bung Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira.
Terletak di Maluku Tengah, bekas pusat perdagangan pala ini terkenal dengan pantainya yang bersih dan airnya yang jernih. Pada masa itu suasananya sunyi dan sepi. Kesunyian Banda Neira mereka lalui dengan mengajar anak-anak dan membaca buku. Bahkan Sjahrir mengangkat 3 anak ketika di Banda Neira untuk mengatasi rasa sepinya. Di sinilah Bung Hatta dan Sjahrir mengajarkan tentang patriotisme kepada anak-anak.
Berbeda dengan Boven Digoel yang dikelilingi alam liar, Banda Neira merupakan bagian dari Kepulauan Banda yang dikelilingi lautan. Dari beberapa pulau di sekeliling Banda Neira, ada 2 pulau yang diberi nama sperti kedua pahlawan tersebut, yakni Pulau Hatta dan Pulau Syahrir (juga dikenal dengan nama Pulau Pisang).
4. Berastagi

Tempat ini sempat menjadi tempat pengasingan Bung Karno bersama dengan Haji Agus Salim dan Sutan Sjahrir. Karena alasan keamanan mereka harus dipindahkan dari kaki bukit ke pinggir Danau Toba. Pengasingan Bung Karno ini adalah bagian dari Agresi Militer II oleh Belanda pada 1948. Walaupun masa pengasingan di Berastagi cukup singkat, rumah Bung Karno di belakang Bukit Kubu, tepatnya di Jalan Sempurna masih berdiri tegak. Bahkan ketika mampir ke sini akan disambut oleh patung besar Presiden RI pertama ini.
5. Bangka

Bung Karno dipindahkan dari pengasingannya di Parapat, Sumatera Utara, ke daerah Muntok, Bangka. Menyusul Bung Hatta, Bung Karno ditempatkan di sebuah rumah di Menumbing, sekitar 12 kilometer dari Kota Muntok.
Saat ini, rumah bekas pengasingan Bung Karno masih dibiarkan asli dan biasa dikunjungi wisatawan. Menariknya, di sini ada mobil Ford ikonik berplat BN 10 yang pernah digunakan oleh Bung Hatta kala itu.
6. Pulau Buru

Pulau ini menjadi destinasi yang menyenangkan bagi para penggemar sejarah dan petualangan. Belum terlalu banyak wisatawan domestik yang datang ke Pulau Buru karena aksesnya yang cukup menantang.
Pemerintah Belanda pernah mendirikan benteng VOC di pulau ini, tepatnya di Kayeli. Pulau ini disebut-sebut pernah menjadi tempat pengasingan Pattimura.
Nama Pulau Buru ramai diperbincangkan setelah G30S karena menjadi tempat pengasingan bagi tokoh-tokoh yang terlibat.
Menariknya, di sinilah sastrawan Pramoedya Ananta Toer mendapatkan inspirasi menulis cerita legendaris Tetralogi Pulau Buru. Buku yang sempat dibredel pada masa Orde Baru tersebut kemudian menemukan jalannya untuk menggerakkan semangat pemuda Indonesia setelah Reformasi.
Artikel ini adalah kerja sama Wego dengan TelusuRI. Artikel asli dapat dibaca di situs TelusuRI.
—
Tentang Travel Blog Wego Indonesia:
Travel Blog Wego Indonesia adalah media daring milik Wego Indonesia yang menyajikan informasi seputar perjalanan, ditulis oleh tim redaksi dan kontributor. Saat ini didukung kanal media sosial Wego ID di Twitter, Facebook, dan Instagram.
Wego sendiri adalah situs dan aplikasi pembanding harga tiket pesawat serta hotel. Wego menyajikan informasi harga dari ratusan situs agen wisata, maskapai, dan jaringan hotel dunia, dalam satu tampilan sederhana. Dengan menggunakan Wego, mencari tiket pesawat dan hotel sesuai bujet dan preferensi akan lebih cepat dan mudah!
Punya cerita menarik tentang tempat asal kamu? Atau ingin berbagi tips seputar liburan dan jalan-jalan? Kirim ke [email protected] supaya lebih banyak orang bisa membaca tulisanmu!